Kamu mungkin tidak menyadarinya, tetapi kesalahan berbahasa adalah sesuatu yang sering terjadi, bahkan bagi mereka yang sehari-harinya menggunakan bahasa Indonesia dengan percaya diri. Bayangkan kamu sedang menulis pesan penting atau email resmi, lalu merasa yakin bahwa semuanya sudah benar. Namun, ketika teman atau rekan kerja membacanya, mereka menunjukkan beberapa kesalahan yang membuat pesanmu terdengar kurang profesional. Itulah momen ketika kesalahan berbahasa sering memengaruhi persepsi pembaca terhadap kemampuan berkomunikasi kita.
Tidak peduli seberapa fasih kita dalam berbahasa, selalu ada peluang untuk membuat kesalahan tanpa kita sadari. Kesalahan berbahasa ini bisa terjadi dalam berbagai bentuk, mulai salah penggunaan tanda baca, pilihan kata yang kurang tepat, hingga aturan penulisan imbuhan yang kerap membingungkan. Tidak jarang, kesalahan ini tampak sepele, tetapi dampaknya besar terhadap efektivitas komunikasi kita.
Dalam artikel ini, kita akan membahas 10 kesalahan berbahasa yang sering tidak disadari tetapi sangat penting untuk dihindari. Selain itu, kamu juga akan mendapatkan tips bagaimana cara memperbaikinya agar keterampilanmu berbahasa Indonesia makin baik. Yuk, kita mulai!
1. Salah Menggunakan “di” Kata Depan dan “di” Awalan
Apa Itu “di” Kata Depan dan “di” Awalan?
Salah satu kesalahan berbahasa yang paling sering terjadi adalah kebingungan antara penggunaan kata depan “di” dan awalan “di”. Kata ini tampaknya sederhana, tetapi sering menimbulkan kesalahan penulisan yang mengubah makna kalimat. Pada dasarnya, kata depan “di” dan awalan “di”memiliki dua fungsi berbeda: menunjukkan tempat dan menunjukkan sasaran tindakan. Misalnya, “di sekolah” (kata depan) memiliki arti tempat, sedangkan “ditulis” (awalan) menunjukkan sasaran tindakan.
Contoh Kesalahan Penggunaan “di-” dan “ke-“di” Kata Depan dan “di” Awalan
Contoh kesalahan berbahasa yang sering terjadi adalah menulis “disaat” atau “diantara” tanpa pemisahan. Padahal, seharusnya ditulis terpisah ketika menunjukkan tempat, seperti “di saat” atau “di antara”. Sebaliknya, jika menunjukkan tindakan atau arah, seperti dalam “dimakan” atau “dinyanyikan”, penulisannya digabung.
Cara Memperbaiki Penggunaan “di” Kata Depan dan “di” Awalan
Untuk menghindari kesalahan ini, ingatlah bahwa kata “di” dipisahkan jika diikuti kata yang menunjukkan tempat atau arah, tetapi digabung jika diikuti kata yang menandakan tindakan atau perbuatan. Misalnya, “di rumah” benar, tetapi “*dirumah” salah; juga “dilakukan” benar, tetapi “*di lakukan” salah. Cobalah untuk selalu memeriksa kembali konteks kalimat untuk menentukan mana yang tepat.
2. Penggunaan Kata Serapan yang Salah
Apa Itu Kata Serapan?
Bahasa Indonesia memiliki banyak kata serapan, yaitu kata yang diambil dari bahasa asing dan disesuaikan dengan ejaan atau aturan bahasa Indonesia. Kata serapan memperkaya kosakata kita, tetapi juga kerap menimbulkan kesalahan berbahasa ketika penggunaannya tidak sesuai dengan makna atau konteks.
Contoh Kesalahan Penggunaan Kata Serapan
Contoh yang paling sering terjadi adalah penggunaan kata serapan seperti “absensi” yang sering disalahartikan sebagai “kehadiran”, padahal maknanya justru sebaliknya, yaitu “ketidakhadiran. Selain itu, kata “muhrim” yang sering digunakan untuk menggantikan kata “mahram”, padahal keduanya memiliki nuansa makna yang berbeda.
Tips Menggunakan Kata Serapan dengan Benar
Untuk menghindari kesalahan ini, pastikan kamu memahami benar makna asli dari kata serapan sebelum menggunakannya. Lakukan pengecekan melalui kamus, baik luring maupun daring, untuk melihat apakah kata yang kamu gunakan sudah tepat. Jika ragu, gunakan kata asli dari bahasa Indonesia yang lebih kamu kenal.
3. Penggunaan Kata “pun” yang Tidak Tepat
Pengertian dan Fungsi Kata “Pun”
Kata “pun” adalah salah satu partikel yang kerap disalahgunakan dalam penulisan. Meskipun terlihat kecil dan sederhana, penulisan yang salah dapat mengubah makna sebuah kalimat. Kata “pun” dalam bahasa Indonesia berfungsi untuk menekankan sesuatu atau menunjukkan .
Kesalahan Penggunaan Kata “Pun” dalam Penulisan
Salah satu kesalahan berbahasa yang umum terjadi adalah selalu menulis kata “pun” secara digabung (seperti “*diapun” atau “*satupun”). Hal ini terjadi karena penulis tidak menyadari bahwa “pun” adalah kata yang berdiri sendiri sehingga mesti ditulis terpisah (“dia pun” atau “satu pun”). Partikel “pun” ditulis serangkai hanya pada beberapa kata sambung karena dianggap sudah menyatu, seperti “bagaimanapun”, “walaupun”, dan “meskipun”.
Cara Memperbaiki Kesalahan Penggunaan Kata “Pun”
Agar tidak salah, ingatlah bahwa kata “pun” harus dipisahkan dari kata sebelumnya dalam kebanyakan kasus. Misalnya, “apa pun” atau “siapa pun” adalah bentuk yang benar. Selalu periksa kembali penulisanmu agar tidak membuat kesalahan ini.
4. Penggunaan Tanda Baca yang Salah
Pentingnya Tanda Baca dalam Penulisan
Tanda baca sering dianggap sepele, tetapi sebenarnya memainkan peran penting dalam memperjelas makna kalimat. Kesalahan penggunaan tanda baca bisa memengaruhi cara pesanmu dipahami oleh pembaca. Tanda baca yang benar membantu menyusun ide dengan lebih jelas dan terstruktur.
Kesalahan Umum dalam Penggunaan Tanda Baca
Salah satu kesalahan berbahasa yang sering terjadi adalah penggunaan koma yang tidak tepat, seperti memasukkan koma di antara subjek dan predikat. Kesalahan lainnya termasuk penempatan tanda koma yang tidak sesuai, sehingga membuat kalimat terpotong atau malah ambigu.
Tips Menggunakan Tanda Baca dengan Tepat
Untuk menghindari kesalahan ini, pastikan kamu memahami aturan penggunaan tanda baca dalam bahasa Indonesia. Kamu bisa merujuk ke EYD V untuk mempelajari lebih lanjut. Selain itu, kebiasaan membaca ulang tulisanmu bisa membantu mendeteksi tanda baca yang salah.
5. Pemilihan Kata yang Kurang Tepat (Diksi)
Apa Itu Diksi dalam Penulisan?
Diksi adalah pemilihan kata yang tepat dalam sebuah kalimat. Pemilihan diksi yang salah dapat menyebabkan pesan yang ingin disampaikan menjadi kurang jelas atau bahkan salah dipahami. Dalam bahasa Indonesia, pilihan kata yang tepat sangat penting, terutama dalam konteks formal.
Contoh Kesalahan Diksi yang Sering Terjadi
Kesalahan yang sering muncul adalah penggunaan kata “efektif” untuk menggantikan “efisien”, atau “masa” untuk “massa”. Meskipun terlihat mirip, kata-kata ini memiliki makna yang berbeda dan tidak bisa dipertukarkan.
Cara Memperbaiki Kesalahan Diksi dalam Berbahasa
Untuk memperbaiki kesalahan diksi, kamu bisa memperkaya kosakata dengan membaca lebih banyak materi bacaan, baik fiksi maupun nonfiksi. Selain itu, selalu cek makna kata sebelum menggunakannya. Rujukan kosakat yang tepercaya, seperti KBBI, bisa membantumu memahami perbedaan makna kata yang sering tertukar.
6. Salah Menggunakan Bentuk Jamak
Kesalahan Umum dalam Penggunaan Bentuk Jamak
Dalam bahasa Indonesia, bentuk jamak bisa ditunjukkan dengan menambahkan kata “para” atau mengulang kata, seperti “anak-anak”. Namun, banyak penulis sering melakukan kesalahan berbahasa dengan menggunakan bentuk jamak ganda, seperti “*para tamu-tamu”, yang seharusnya cukup ditulis “para tamu” atau “tamu-tamu” atau “tetamu”.
Contoh Kesalahan Bentuk Jamak yang Sering Terjadi
Beberapa contoh lainnya termasuk “*para pelajar-pelajar” yang seharusnya cukup ditulis sebagai “para pelajar” atau “pelajar-pelajar” saja. Begitu juga pada kata jamak yang ditunjukkan dengan angka atau kata yang menunjukkan jamak. Pada bentuk ini kata dasarnya pun tidak perlu diulang, misalnya “dua mobil” (bukan “*dua mobil-mobil”) atau “semua orang” (bukan “*semua orang-orang”).
Cara Menghindari Kesalahan dalam Penulisan Bentuk Jamak
Untuk menghindari kesalahan ini, ingatlah bahwa bentuk jamak dalam bahasa Indonesia biasanya cukup dengan pengulangan kata atau mendahuluinya dengan kata “para” atau kata bilangan. Misalnya, “para siswa” atau “seluruh guru” sudah jelas menunjukkan makna jamak, jadi tidak perlu ditulis “*para siswa-siswa” atau “*seluruh guru-guru”.
7. Penggunaan Kata yang Kurang Baku dalam Penulisan Formal
Apa Itu Bahasa Baku?
Bahasa baku adalah bentuk standar bahasa Indonesia yang digunakan dalam situasi formal, seperti dalam dokumen resmi, jurnal ilmiah, atau komunikasi profesional. Kesalahan berbahasa sering terjadi ketika seseorang tidak menyadari perbedaan antara bahasa baku dan bahasa sehari-hari (informal). Dalam penulisan formal, sangat penting untuk menggunakan kata-kata yang sesuai dengan kaidah bahasa baku.
Contoh Kesalahan dalam Penggunaan Kata yang Tidak Baku
Salah satu kesalahan berbahasa yang sering terjadi dalam penulisan formal adalah penggunaan kata-kata yang lebih sering muncul dalam percakapan sehari-hari, seperti “ngomong” untuk menggantikan “berbicara”, atau “kayak” untuk menggantikan “seperti”. Dalam konteks informal, kata-kata ini dapat diterima, tetapi dalam tulisan resmi atau akademik, penggunaan kata tidak baku seperti ini dapat menurunkan kualitas tulisanmu.
Tips Menghindari Penggunaan Bahasa yang Tidak Baku
Untuk menghindari kesalahan ini, penting untuk selalu menggunakan kamus atau sumber referensi bahasa Indonesia yang tepercaya saat menulis teks formal. Selain itu, cobalah biasakan dirimu menggunakan panduan umum bahasa Indonesia sebagai acuan dalam menulis, agar bahasa yang kamu gunakan tetap sesuai dengan aturan yang benar dan baku.
8. Menggunakan Partikel di Antara Predikat Transitif dan Objeknya
Penggunaan Partikel di Antara Predikat Transitif dan Objeknya
Kesalahan ini berkaitan dengan kata kerja transitif, yaitu kata kerja yang membutuhkan objek. Objek kata kerja transitif tidak didahului partikel; ia ditulis langsung sesudah kata kerja transitif tersebut.
Contoh Kesalahan Penggunaannya
Contoh yang paling umum adalah menambahkan partikel “tentang” atau “mengenai” sesudah kata “membahas” atau “membicarakan”, seperti “*membahas tentang rencana pembangunan” atau “*membicarakan mengenai anggaran”. Partikel “tentang” dan “mengenai” tidak diperlukan sehingga frasanya menjadi, “membahas rencana pembangunan” atau “membicarakan anggaran”
Cara Memperbaiki Penggunaan Kata Depan
Untuk memperbaiki kesalahan ini, selalu perhatikan kata kerja yang kamu gunakan: apakah transitif atau intransitif. Partikel di atas bisa digunakan ketika predikatnya berupa kata kerja intransitif, seperti “berpikir tentang rencana” atau “berbicara mengenai anggaran”.
9. Penggunaan “yang” yang Berlebihan
Fungsi Kata “yang”
Kata “yang” dalam bahasa Indonesia berfungsi sebagai kata penghubung untuk menerangkan atau membatasi suatu kata benda. Meskipun sederhana, penggunaan kata “yang” sering kali berlebihan dan tidak diperlukan dalam kalimat. Ini adalah salah satu kesalahan berbahasa yang sering tidak disadari oleh banyak penulis.
Kesalahan Penggunaan “yang” dalam Penulisan
Salah satu contohnya adalah kalimat seperti “Tugas yang saya kerjakan yang selesai tadi malam.” Di kalimat ini kata “yang” digunakan terlalu banyak sehingga kalimatnya menjadi tidak efektif. Penggunaan berlebihan ini membuat kalimat menjadi lemah dan membingungkan.
Tips Menghindari Penggunaan “yang” Secara Berlebihan
Untuk memperbaiki kesalahan ini, cobalah membaca ulang kalimatmu dan lihat apakah kata “yang” benar-benar diperlukan. Jika bisa dihilangkan tanpa mengubah makna, hilangkanlah. Misalnya, kalimat “Tugas saya yang selesai tadi malam” atau “tugas yang selesai saya kerjakan tadi malam” terdengar lebih ringkas dan jelas dibandingkan dengan “Tugas yang saya kerjakan yang selesai tadi malam.”
10. Kesalahan dalam Penggunaan Kalimat Efektif
Apa Itu Kalimat Efektif?
Kalimat efektif adalah kalimat yang ringkas, jelas, dan langsung pada tujuannya. Penggunaan kalimat yang panjang dan berbelit-belit sering kali membuat pesan yang ingin disampaikan menjadi kabur dan sulit dipahami pembaca. Ini adalah kesalahan yang sering terjadi dalam penulisan, terutama dalam teks formal.
Contoh Kesalahan dalam Kalimat Efektif
Contoh kesalahan berbahasa yang sering terjadi adalah membuat kalimat yang terlalu panjang tanpa adanya jeda, misalnya dengan menggunakan terlalu banyak kata sambung. Kalimat seperti “Pada saat saya sedang bekerja dan kemudian merasa lapar, saya pun segera pergi ke warteg” adalah contoh kalimat yang tidak efektif. Kalimat ini bisa dipersingkat menjadi “Ketika bekerja, saya merasa lapar, lalu segera ke warteg.”
Tips Membuat Kalimat Efektif
Untuk menghindari kesalahan ini, usahakan kalimatmu tetap singkat dan to the point. Hindari penggunaan kata-kata yang tidak perlu dan pastikan setiap kata dalam kalimatmu memiliki fungsi yang jelas. Ini tidak hanya membuat tulisanmu lebih mudah dipahami, tetapi juga lebih enak dibaca.
PSD: Kesalahan Berbahasa
a. 1. Apa kesalahan berbahasa yang paling sering terjadi?
Kesalahan berbahasa yang paling sering terjadi meliputi penggunaan kata depan “di” dan awalan “di”, penggunaan tanda baca yang tidak tepat, dan pilihan kata yang kurang sesuai dengan konteks.
b. 2. Bagaimana cara memperbaiki kesalahan berbahasa dalam penulisan formal?
Cara memperbaikinya adalah dengan membaca ulang tulisan secara teliti, menggunakan kamus atau panduan bahasa yang tepercaya, serta memperkaya kosakata dan pemahaman terhadap aturan bahasa Indonesia.
c. 3. Apa itu kesalahan penggunaan tanda baca?
Kesalahan tanda baca terutama meliputi penggunaan tanda koma yang tidak sesuai sehingga mengubah makna kalimat atau membuat kalimat menjadi tidak jelas.
d. 4. Mengapa diksi sangat penting dalam penulisan?
Pemilihan kata yang tepat (diksi) memastikan bahwa pesan yang ingin disampaikan bisa tersampaikan dengan jelas dan akurat. Kesalahan diksi dapat membuat pesan menjadi tidak dipahami dengan benar oleh pembaca.
e. 5. Bagaimana cara menghindari penggunaan kata tidak baku dalam penulisan?
Untuk menghindari penggunaan kata tidak baku, selalu gunakan kamus atau referensi bahasa baku dan cek kata-kata yang digunakan dalam konteks formal. Pastikan kata yang digunakan sudah sesuai dengan kaidah baku bahasa Indonesia.
f. 6. Apa yang dimaksud dengan kalimat efektif?
Kalimat efektif adalah kalimat yang ringkas, jelas, dan langsung pada intinya. Kalimat yang terlalu panjang dan berbelit-belit tidak efektif karena dapat membingungkan pembaca.
g. 7. Apa yang harus dilakukan jika masih sering melakukan kesalahan berbahasa?
Jika kamu masih sering melakukan kesalahan berbahasa, cobalah untuk lebih sering membaca tulisan-tulisan formal, menggunakan panduan umum berbahasa Indonesia, dan terus belajar dari kesalahan untuk memperbaiki kualitas tulisan.
Terus Belajar dan Tingkatkan Kemampuan Berbahasa
Itulah 10 kesalahan berbahasa yang sering terjadi dan perlu kamu hindari. Memperbaiki kesalahan-kesalahan ini akan sangat memengaruhi cara kamu berkomunikasi, baik secara tertulis maupun lisan. Jangan khawatir jika kamu masih melakukan kesalahan karena bahasa adalah sesuatu yang perlu terus dipelajari dan dikembangkan.
Jika kamu ingin memperdalam pengetahuan tentang bahasa Indonesia yang benar, jangan ragu untuk membaca artikel lain di situs ini, seperti 10 aturan dasar tata bahasa Indonesia dan panduan umum bahasa Indonesia. Kamu juga bisa meningkatkan kemampuan menulismu dengan membaca panduan umum penulisan kreatif. Teruslah belajar dan berlatih agar kemampuan berbahasamu makin meningkat setiap harinya!