Kamu pasti sering mendengar kata dari dan daripada digunakan dalam percakapan sehari-hari. Tapi tahukah kamu, kesalahan penggunaan kata dari dan daripada bisa saja muncul tanpa disadari? Mungkin kamu merasa kedua kata ini bisa digunakan bergantian, tapi sebenarnya keduanya memiliki peran yang sangat berbeda.
Bayangkan kamu sedang menulis esai atau membuat laporan penting. Di tengah perjalanan, kamu menggunakan kata dari untuk menunjukkan perbandingan atau malah memakai daripada untuk menandakan asal. Ini adalah kesalahan kecil yang sering terjadi, tapi dampaknya bisa memengaruhi kualitas tulisamu secara keseluruhan.
Artikel ini akan memandumu melalui 5 kesalahan umum dalam penggunaan kata dari dan daripada yang wajib kamu hindari, lengkap dengan contoh dan cara menggunakannya dengan benar.
Kesalahan 1: Penggunaan dari untuk Perbandingan
Dalam aturan dasar tata bahasa Indonesia, kata dari umumnya digunakan untuk menyatakan asal, titik mulai, atau sumber. Namun, sering kali kesalahan terjadi ketika seseorang mencoba membandingkan dua hal dan malah menggunakan dari alih-alih daripada.
Definisi Singkat Kata dari dan daripada
Agar kamu lebih mudah memahami, dari digunakan untuk menunjukkan asal-usul, baik tempat maupun sumber. Contoh sederhana, “Saya datang dari Jakarta” atau “Air ini dari sumur”; sedangkan daripada digunakan untuk perbandingan, misalnya, “Lebih baik belajar daripada bermain.”
Contoh Kesalahan Umum
Salah satu kesalahan penggunaan kata dari dan daripada yang paling sering terjadi adalah ketika orang menulis, “*Iwan mendapatkan nilai lebih tinggi dari Irma.” Padahal, seharusnya kalimat tersebut berbunyi, “*Iwan mendapatkan nilai lebih tinggi daripada Irma.”
Cara Menggunakan dengan Benar
Jika kamu ingin menghindari kesalahan ini, selalu ingat bahwa dari seharusnya digunakan untuk asal, titik mulai, atau sumber. Sementara itu, untuk perbandingan, gunakan daripada. Jika kamu bingung, cobalah untuk mengidentifikasi apakah kalimat yang kamu buat mengandung unsur perbandingan atau tidak. Jika ya, pasti jawabannya adalah daripada.
Kesalahan 2: Penggunaan dari Sebagai Padanan Kata of dalam Bahasa Inggris atau van dalam Bahasa Belanda
Kesalahan penggunaan kata dari dalam bahasa Indonesia sering kali terjadi ketika seseorang mencoba menerjemahkan frasa atau kalimat dari bahasa Inggris atau Belanda secara harfiah. Salah satu contoh yang paling umum adalah ketika kata dari digunakan sebagai padanan kata of dalam bahasa Inggris atau van dalam bahasa Belanda, yang menyatakan kepemilikan atau bagian dari sesuatu. Padahal, dalam konteks ini, penggunaan kata dari dalam bahasa Indonesia tidak diperlukan.
Kesalahan Terjemahan Harfiah dari Bahasa Inggris dan Belanda
Ketika menerjemahkan frasa seperti “The father of the boy” dari bahasa Inggris atau “De vader van de jongen” dari bahasa Belanda, sebagian orang menggunakan terjemahan langsung menjadi “Bapak dari anak itu”. Padahal, dalam bahasa Indonesia yang baku dan sesuai dengan aturan dasar tata bahasa Indonesia, frasa tersebut seharusnya cukup diterjemahkan menjadi “Bapak anak itu”. Kata dari tidak diperlukan karena makna kepemilikan atau hubungan sudah secara implisit terkandung dalam struktur kalimatnya.
Kesalahan semacam ini sering terjadi ketika kita terlalu bergantung pada struktur tata bahasa asing tanpa menyadari bahwa bahasa Indonesia memiliki aturan tersendiri yang berbeda.
Contoh Penggunaan yang Salah dan Benar
Mari kita lihat beberapa contoh kalimat yang sering kali diterjemahkan secara salah dengan memasukkan kata dari:
- Salah: “*Adik ipar dari sepupu saya.”
- Benar: “Adik ipar sepupu saya.”
- Salah: “*Hasil dari penelitian itu.”
- Benar: “Hasil penelitian itu.”
Pada contoh-contoh di atas, kata dari digunakan secara tidak perlu karena hubungan kepemilikan atau keterkaitan sudah jelas tanpa harus menambahkan kata tersebut.
Mengapa Penggunaan dari dalam Kasus Ini Tidak Diperlukan?
Dalam bahasa Indonesia, hubungan kepemilikan atau keterkaitan tidak memerlukan preposisi tambahan dari. Ketika kita berbicara tentang sesuatu yang dimiliki oleh orang lain atau bagian dari sesuatu, kita cukup menyebutkan kedua benda atau orang tersebut tanpa penghubung. Struktur kalimat seperti “Buku adik saya” atau “Teman kakakku” sudah jelas tanpa harus menyebutkan kata dari.
Ini berbeda dengan bahasa Inggris atau Belanda yang, pada struktur tertentu, memerlukan preposisi seperti of atau van untuk menunjukkan kepemilikan atau hubungan. Inilah yang sering kali membuat penutur bahasa Indonesia, terutama mereka yang terbiasa dengan bahasa asing, melakukan kesalahan penerjemahan harfiah.
Kesalahan Berbahasa yang Dilakukan oleh Mantan Presiden Indonesia, Suharto
Sayangnya, tak hanya masyarakat awam yang kerap membuat kesalahan ini, bahkan figur penting seperti mantan Presiden Indonesia, Suharto, juga melakukan kesalahan yang lebih parah dalam penggunaan kata. Suharto dikenal sering menggunakan kata daripada untuk menggantikan of atau van saat berbicara dalam konteks resmi. Misalnya, dalam pidatonya, beliau sering mengucapkan frasa seperti “*kemajuan daripada pembangunan” untuk menerjemahkan “the progress of the development”. Padahal, terjemahan yang benar dalam bahasa Indonesia cukup dengan “kemajuan pembangunan.”
Kesalahan ini menjadi lebih parah karena daripada dalam bahasa Indonesia seharusnya digunakan untuk menyatakan perbandingan, bukan kepemilikan atau hubungan. Penggunaan kata daripada dalam konteks tersebut tidak hanya salah secara gramatikal, tetapi juga membingungkan makna kalimat dan menciptakan kesan tidak tepat dalam komunikasi resmi. Contoh lain yang sering diucapkan oleh Suharto adalah “*peran daripada masyarakat,” yang seharusnya lebih sederhana menjadi “peran masyarakat.”
Mengapa Kesalahan Ini Perlu Diwaspadai?
Penggunaan kata daripada yang salah ini menimbulkan kesalahpahaman dalam berbahasa. Banyak orang yang menganggap bahwa karena tokoh besar seperti Suharto pernah menggunakan bentuk ini, hal tersebut dianggap sebagai benar. Padahal, kebiasaan tersebut hanya memperburuk pengertian umum tentang tata bahasa yang baik dan benar dalam bahasa Indonesia. Pengaruh dari bahasa asing, khususnya bahasa Inggris dan Belanda, menjadi salah satu faktor penyebab utama kesalahan ini, terutama di kalangan generasi yang akrab dengan bahasa-bahasa tersebut.
Jika kita perhatikan dengan cermat, penggunaan kata daripada dalam konteks kepemilikan atau hubungan justru melemahkan kekuatan bahasa Indonesia yang sebenarnya kaya akan struktur yang lebih sederhana dan efisien. Penggunaan daripada di sini menambah kerumitan yang tidak perlu dan memengaruhi kejelasan komunikasi.
Cara Menghindari Kesalahan Ini
Untuk menghindari kesalahan penggunaan kata dari sebagai padanan of atau van, cobalah untuk selalu berpikir dalam bahasa Indonesia, bukan menerjemahkan kata per kata dari bahasa asing. Saat menulis atau berbicara, tanyakan pada diri sendiri apakah kata dari benar-benar diperlukan untuk menjelaskan makna kalimat. Jika tidak, sebaiknya kata tersebut dihilangkan.
Selain itu, biasakan membaca dan mempelajari lebih banyak teks dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar untuk mendapatkan pemahaman yang lebih kuat tentang bagaimana struktur kalimat seharusnya disusun. Panduan umum bahasa Indonesia dan aturan dasar tata bahasa Indonesia pada tautan ini bisa menjadi referensi untuk meningkatkan kemampuan berbahasa kamu.
Kesalahan 3: Salah Kaprah dalam Menyandingkan Kata dari pada mulai dari
Salah satu kesalahan penggunaan kata yang sering dijumpai dalam penulisan maupun percakapan sehari-hari adalah penggunaan frasa mulai dari secara berlebihan. Frasa ini sering kali muncul dalam berbagai konteks, padahal secara tata bahasa Indonesia, penggunaannya tidak tepat. Kata mulai sendiri sudah memiliki arti dari atau sejak sehingga tidak perlu lagi diikuti oleh kata dari.
Struktur seperti ini kerap muncul karena kebiasaan dalam berbicara atau menulis yang tidak mengikuti aturan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Misalnya, kalimat seperti “Acara ini berlangsung mulai dari pukul 09:00 hingga 21:00” sering kali digunakan, padahal susunan tersebut tidak tepat.
Mengapa mulai dari Itu Tidak Tepat?
Jika kita melihat arti kata mulai, kata ini sudah dengan jelas menunjukkan suatu titik awal dalam waktu atau urutan, yang bermakna sama dengan dari atau sejak. Oleh karena itu, ketika kita menggunakan kata mulai, tidak diperlukan lagi tambahan kata dari. Penggunaan mulai dari sebenarnya hanya akan membuat kalimat menjadi tidak efektif dan membingungkan, karena ada pengulangan makna yang tidak diperlukan.
Sebagai contoh, frasa “mulai dari pukul 09:00” bisa disederhanakan menjadi “mulai pukul 09:00” tanpa kehilangan makna. Demikian juga, frasa “mulai dari bahan dasar hingga cara penyajian” seharusnya cukup ditulis sebagai “mulai bahan dasar hingga cara penyajian.”
Contoh Kesalahan Penulisan mulai dari
Penggunaan frasa “mulai dari” sering kali kita temui dalam berbagai jenis kalimat, terutama dalam deskripsi waktu, daftar, atau urutan kegiatan. Berikut adalah beberapa contoh penggunaan yang salah dan bagaimana cara memperbaikinya:
- Salah: “*Acara ini berlangsung mulai dari pukul 09:00 hingga 21:00.”
- Benar: “Acara ini berlangsung mulai pukul 09:00 hingga 21:00” atau “Acara ini berlangsung dari pukul 09:00 hingga 21:00.”
- Salah: “*Kita akan mengoreksi naskah ini mulai dari kalimat pertama.”
- Benar: “Kita akan mengoreksi naskah ini mulai kalimat pertama” atau “Kita akan mengoreksi naskah ini dari kalimat pertama.”
Pada contoh-contoh di atas, penggunaan kata dari setelah mulai membuat kalimat menjadi tidak efektif. Kamu bisa memilih salah satu kata, antara mulai atau dari, sesuai dengan preferensi kamu, tetapi tidak perlu menggunakan keduanya bersamaan.
Kenapa Kesalahan Ini Sering Terjadi?
Kesalahan penggunaan mulai dari sering kali muncul karena kebiasaan dalam berbicara yang terbawa ke dalam tulisan. Banyak penutur bahasa Indonesia yang terbiasa menggunakan frasa mulai dari dan merasa lebih nyaman, padahal frasa tersebut justru mengurangi kejelasan kalimat. Kebiasaan ini juga dipengaruhi oleh contoh-contoh yang salah dalam berbagai media dan konten yang sering kita jumpai sehari-hari.
Namun, jika dilihat lebih jauh, kesalahan ini sebenarnya berakar dari kurangnya kesadaran tentang makna dan fungsi kata mulai dan dari. Keduanya memiliki makna yang sama sebagai penunjuk titik awal sehingga tidak boleh digunakan secara bergandengan.
Cara Menghindari Penggunaan mulai dari
Untuk menghindari kesalahan ini, cukup ingat bahwa mulai dan dari memiliki makna yang sama dalam konteks penunjukan titik awal. Jadi, pilih salah satu kata saja yang sesuai dengan konteks kalimatmu. Jika ingin menunjukkan awal waktu, kamu bisa menggunakan mulai atau dari, tetapi tidak keduanya sekaligus.
Selain itu, membiasakan diri untuk membaca dan memperhatikan penggunaan bahasa yang tepat dalam tulisan formal bisa membantumu menghindari kebiasaan ini. Dalam tulisan-tulisan resmi atau jurnalistik yang mengikuti aturan dasar tata bahasa Indonesia, seharusnya kamu akan jarang menemukan frasa mulai dari.
Latih juga kebiasaan berpikir lebih kritis saat menulis atau berbicara, terutama dalam penggunaan frasa yang mungkin terdengar benar, tetapi sebenarnya kurang tepat.
Kesalahan 4: Menggunakan dari pada Situasi yang Mestinya Menggunakan daripada
Salah satu kesalahan umum lainnya adalah menggunakan kata dari pada situasi yang seharusnya menggunakan daripada. Ini sering terjadi ketika seseorang menyusun kalimat perbandingan, tetapi tidak sadar bahwa pilihan kata yang digunakan kurang tepat.
Pemahaman Lebih Lanjut Tentang Perbandingan
Dalam konteks perbandingan, daripada yang sesuai digunakan. Perbandingan adalah situasi ketika kamu membandingkan dua objek, ide, atau tindakan. Misalnya, “Saya lebih suka teh daripada kopi.” Dalam kalimat ini, jelas ada perbandingan antara dua pilihan, sehingga kata daripada adalah yang paling tepat.
Contoh Situasi Penggunaan yang Salah
Banyak orang menggunakan dari ketika mereka sebenarnya sedang membandingkan dua hal.
Contoh kalimat yang salah: “*Saya lebih suka es krim dari kue.” Kalimat ini menggunakan dari, yang menandakan asal, titik awal, atau sumber, padahal makna kalimat ini adalah perbandingan.
Kalimat yang benar adalah: “Saya lebih suka es krim daripada kue.”
Panduan untuk Mengingat Penggunaan yang Tepat
Jika kamu sering kebingungan dalam membedakan penggunaan kedua kata itu, ada satu trik yang bisa kamu gunakan: kapan pun kamu ingin membandingkan sesuatu, selalu pilih daripada. Mulailah dengan latihan sederhana, seperti mengganti kalimat-kalimat yang salah dengan kalimat yang benar. Lama kelamaan, kamu akan makin terlatih dan secara otomatis memilih kata yang tepat.
Kesalahan 5: Kata daripada Harus Ditulis Serangkai, Bukan Dipisah
Kesalahan lainnya yang sering muncul dalam penggunaan kata daripada adalah penulisan yang tidak serangkai, yakni dari pada. Meskipun terlihat sepele, kesalahan ini cukup sering terjadi dalam berbagai konteks penulisan. Penting untuk diingat bahwa daripada adalah satu kata yang harus ditulis serangkai, bukan dua kata terpisah. Menuliskannya sebagai dari pada merupakan bentuk yang salah dan tidak sesuai dengan makna yang dimilikinya.
Mengapa Penulisan Serangkai Itu Penting?
Dalam bahasa Indonesia, daripada adalah kata depan yang berfungsi untuk menunjukkan perbandingan. Sebagai satu kesatuan kata, daripada memiliki fungsi yang sangat jelas dan tidak dapat dipisahkan. Menulisnya menjadi dua kata, dari pada, tidak hanya salah secara morfologis, tetapi juga membingungkan karena kedua kata tersebut adalah preposisi yang berdiri sendiri dan tidak memiliki arti jika dideretkan demikian.
Kata dari sendiri merupakan kata depan yang digunakan untuk menunjukkan asal atau sumber, sementara pada adalah kata depan yang digunakan untuk menyatakan waktu, tempat, atau kondisi. Jika kedua kata ini digabungkan, tidak ada struktur bahasa Indonesia yang mengakui bentuk tersebut. Misalnya, dari pada tidak memiliki makna apa pun jika ditulis secara terpisah.
Contoh Kesalahan Penulisan yang Umum Terjadi
Kesalahan penulisan ini sering terjadi dalam kalimat-kalimat yang menggunakan perbandingan. Berikut beberapa contoh kesalahan umum yang sering ditemui:
- Salah: “*Saya lebih suka kopi dari pada teh.”
- Benar: “Saya lebih suka kopi daripada teh.”
- Salah: “*Lebih baik belajar dari pada bermain.”
- Benar: “Lebih baik belajar daripada bermain.”
Pada contoh kalimat yang salah di atas, dari dan pada ditulis sebagai dua kata terpisah, padahal kata yang benar adalah daripada sebagai satu kata depan yang menunjukkan perbandingan antara dua hal.
Asal Usul Kesalahan Ini
Kesalahan ini mungkin timbul dari kurangnya pemahaman tentang fungsi daripada sebagai satu kata penghubung. Banyak penutur bahasa Indonesia, terutama yang belajar bahasa secara informal, keliru mengira bahwa daripada adalah gabungan dari dua kata terpisah. Hal ini diperparah dengan kebiasaan berbicara sehingga kesalahan tersebut sering terbawa ke dalam tulisan.
Cara Mudah Mengingat Aturan Penulisan daripada
Untuk menghindari kesalahan ini, ingatlah bahwa daripada selalu digunakan sebagai satu kata, yaitu dalam perbandingan atau pernyataan preferensi. Jika kamu melihat bahwa dari dan pada muncul bersebelahan dalam sebuah kalimat yang bermaksud untuk membandingkan sesuatu, maka itu tanda bahwa penulisan tersebut salah dan perlu diganti menjadi daripada.
Jika kamu kesulitan mengingatnya, ingat saja bahwa daripada adalah satu entitas, sama seperti preposisi lainnya seperti kepada, tentang, atau untuk. Semuanya ditulis serangkai karena merupakan kata penghubung yang memiliki fungsi tersendiri. Latihlah penggunaan kata ini secara benar dalam berbagai situasi penulisan agar kamu makin tepercaya dalam menyusun kalimat yang sesuai dengan aturan dasar tata bahasa Indonesia.
PSD: Kesalahan Penggunaan Kata dari dan daripada
1. Apa bedanya dari dan daripada?
Kata dari digunakan untuk menyatakan asal, titik awal, atau sumber, sementara daripada digunakan untuk perbandingan atau preferensi. Contoh: “Saya pulang dari sekolah,” versus “Lebih baik belajar daripada bermain.”
2. Mengapa penting untuk membedakan dari dan daripada?
Kesalahan penggunaan kedua kata ini bisa memengaruhi makna kalimat secara keseluruhan. Menggunakan kata yang salah akan membuat kalimat menjadi rancu meskipun mungkin bisa dipahami.
3. Apa kesalahan paling umum dalam penggunaan dari dan daripada?
Kesalahan paling umum adalah menggunakan dari untuk perbandingan dan menggunakan daripada untuk menyatakan hubungan kepemilikan atau bagian. Contoh kesalahan: “Saya lebih suka bermain dari belajar,” yang seharusnya: “Saya lebih suka bermain daripada belajar.”
4. Kapan sebaiknya menggunakan daripada dalam kalimat?
Gunakan daripada ketika kamu ingin membandingkan dua hal atau lebih. Misalnya: “Lebih baik hemat daripada boros.”
5. Apakah ada trik mudah untuk mengingat perbedaan kedua kata ini?
Ya! Trik sederhananya adalah dengan mengingat bahwa daripada selalu digunakan ketika ada perbandingan atau pilihan, sementara dari digunakan untuk menyatakan asal, titik awal, atau sumber.
6. Bagaimana cara menghindari kesalahan penggunaan dari dan daripada?
Cara terbaik untuk menghindari kesalahan ini adalah dengan memahami konteks kalimat yang kamu buat. Selalu tanyakan pada diri sendiri apakah kamu sedang menyatakan asal atau perbandingan. Jika asal, gunakan dari. Jika perbandingan, gunakan daripada.
7. Apa contoh kalimat yang benar menggunakan dari dan daripada?
Contoh kalimat yang benar:
- “Saya datang dari Bali.” (menyatakan asal)
- “Saya lebih memilih kopi daripada teh.” (perbandingan)
Tingkatkan Penguasaan Bahasa Indonesia Kamu!
Menguasai aturan tata bahasa bukan hanya soal membuat kalimat yang benar, tapi juga tentang memperjelas pesan yang ingin disampaikan. Kesalahan penggunaan kata dari dan daripada sering kali membuat tulisan terlihat kurang tepercaya dan membingungkan.
Dengan memahami perbedaan dan fungsi kedua kata ini, kamu bisa menulis dengan lebih percaya diri dan efektif. Jangan lupa, jika kamu ingin mempelajari lebih lanjut tentang tata bahasa, cek artikel aturan dasar tata bahasa Indonesia atau baca panduan / untuk memperdalam pengetahuanmu.
Atau kamu ingin bisa menulis lebih kreatif? Silakan knjungi panduan umum penulisan kreatif untuk tips menulis yang lebih menarik dan memesona!