Udara pagi hari terasa panas membakar kulit dan menjalar sampai ke ubun-ubun. Terlihat awan gelap berkumpul di satu titik, tepatnya di Desa Hua. Kabut hitam tebal juga memenuhi seluruh rumah penduduk, di sertai bau anyir darah dan bangkai yang menyengat sampai mengaduk-aduk isi perut Axel.
Pemuda gagah perkasa yang baru datang dari perguruan Sekte Gunung Spiritual itu langsung menutup hidungnya dan mengeluarkan jurus pelindung supaya tidak mencium aroma yang tidak sedap, dan agar tidak merasakan energi panas seperti terpanggang di atas bara.
Pemuda berparas tampan itu bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi, mengapa desa tempat kelahirannya tiba-tiba sepi dan tidak ada penduduk sama sekali. Kuda berwarna hitam yang ditungganginya pun terus berjalan menelusuri rumah-rumah penduduk.

Lantaran tidak menemukan warga satu pun, Axel berjalan keluar desa menuju perbatasan Lembah Bunga. Melewati jalanan setapak dan pohon-pohon rindang yang berjejer di sepanjang jalan.
Saat sudah menunggang kuda cukup jauh, terlihat pemukiman warga yang penduduknya tidak terlalu banyak. Axel bertanya pada salah satu penduduk itu mengenai kejadian aneh di desanya. Ia mendengar, menurut berita yang beredar, semua penduduk Desa Hua berbondong-bondong memburu harta karun di Hutan Kesengsaraan—untuk mencari Permata Amethyst Ungu—yang ditinggalkan Dewa Kekuatan di hutan tersebut. Kejadian aneh di Desa Hua itu pun ada sangkut pautnya dengan orang-orang yang hilang. Dan energi dari permata yang mengeluarkan cahaya ungu mengilat itu, mampu memperpanjang umur dan bisa menjadikan manusia lemah menjadi kuat. Bukan hanya itu, menyerap energi kekuatan Amethyst tersebut mampu membuat manusia tidak terkalahkan dan bisa memimpin seluruh Ras Siluman dan seluruh manusia di daratan Sora. Namun, semua harta yang berharga itu tidak ada yang gratis, semuanya harus dibayar dengan harga tinggi. Banyak warga yang menjadi korban dan tidak kembali setelah pergi ke Hutan Kesengsaraan yang terkenal dengan penjaganya yang baru, Ratu Siluman Li Hui yang berusia ribuan tahun yang terkenal sangat kejam.
Setelah mendengar penjelasan dari warga, Axel yang merupakan anak yatim piatu itu pun langsung ingin menyelidiki kasus aneh yang telah terjadi, dan ingin menemukan kakak angkatnya, Mingyao, yang juga ikut menghilang. Kakak angkat Axel ini diselamatkan oleh orang tuanya saat terjadi perang hebat antara Ras Siluman dengan Klan Manusia yang memperebutkan wilayah kekuasaan di dataran Sora.
Axel ingin mencari tahu keberadaan kakak angkatnya dan warga yang tidak kembali itu sebenarnya pergi ke mana? Dan mengapa semua warga jadi terobsesi dengan harta karun yang tidak diketahui kebenarannya? Padahal yang Axel tahu, dulu penduduk Desa Hua tidak peduli dengan kekuatan magic, dan mereka lebih fokus mencari nafkah memenuhi kebutuhan keluarga atau belajar ilmu bela diri untuk menjadi kesatria negeri. Namun, kini semuanya malah termakan nafsu duniawi yang rela mempertaruhkan nyawa sendiri.
***
Dengan mengumpulkan semua keberanian, Axel langsung bergegas pergi menuju Hutan Kesengsaraan yang berbatasan langsung dengan Kota Kematian, yang dihuni oleh Ras Siluman. Perbatasan itu dilindungi oleh tujuh lapisan cahaya putih ke emas-emasan agar para Siluman tidak mengganggu ketenteraman dunia manusia setelah terjadi peperangan 20 tahun yang lalu.
Perjalanan ke Hutan Kesengsaraan cukup memakan waktu berhari-hari jika menunggangi Kuda. Axel pun memilih menggunakan kekuatan kipas ajaibnya agar bisa cepat sampai ke tempat yang dituju, dengan mengibaskan tiga kali menggunakan mantra.
Akan tetapi, jika menggunakan kipas tersebut, energi kekuatan dalam diri Axel akan menurun menjadi 50 persen selama satu jam. Itulah sebabnya jika hari-hari biasa ia lebih memilih menunggangi Kuda daripada menggunakan kekuatan kipasnya. Axel takut kalau di perjalanan bertemu musuh ia tidak bisa melawan karena energi kekuatannya yang berkurang. Namun, kali ini ia terpaksa menggunakan kekuatan kipas ajaibnya karena ada hal urgen.
***
Tidak lama kemudian, dalam hitungan jam, Axel pun tiba di sebuah Hutan yang minim cahaya. Padahal bukan malam hari, tetapi suasana di dalamnya terlihat gelap dan sepi, hanya ada sedikit cahaya yang terpancar dari daun putih Ras Siluman yang menerangi sekitar hutan.
Axel berjalan lebih jauh masuk ke dalam Hutan Kesengsaraan. Saat melihat pohon besar. Ia melihat ada pintu masuk, buru-buru mulutnya merapal mantra dan pintu pun terbuka. Saat masuk, tiba-tiba pintu tertutup kembali dan kini ia sudah berdiri di tanah hitam yang lapang. Kakinya terus berjalan dan mencari celah jalan keluar, tetapi tidak kunjung menemukan. Axel pun baru tersadar, rupanya sudah masuk ke alam Ilusi Tanpa Bentuk milik Ras Siluman yang pernah ia baca dibuku milik gurunya.
“Saat kau memasuki Hutan Kesengsaraan, tidak akan ada yang bisa menolongmu!”
Axel mendengar suara wanita berbicara dengan lantang. Ia seperti tidak asing dengan suara itu. Ya, suara lantang itu mirip sekali dengan suara kakak angkatnya. “Kak Mingyao? Benarkah itu kau?”
Tidak ada jawaban, Axel pun melanjutkan lagi mencari jalan keluar, tetapi kekuatannya terkuras dan belum kembali 100 persen. Sambil menunggu kekuatannya pulih, Axel duduk sila dan mencoba berkonsentrasi penuh. Ia memusatkan pikirannya, mengumpulkan semua energi agar cepat kembali terkumpul.
Axel tidak bisa menggunakan kekuatan sepenuhnya. Ia pun akhirnya menggunakan roh dalam tubuhnya untuk melawan Ratu Li Hui nanti. Hanya saja, kekurangan dari jurus Pelepas Sukma ini adalah saat nyawa Axel dalam bahaya atau kalah dan terluka, maka tubuh pun ikut kena imbasnya dan bisa saja hancur berkeping-keping seperti butiran debu yang beterbangan. Walaupun nanti kekuatannya bisa jauh lebih besar dari sebelumnya.
“Aku akan melawanmu, Ratu Li Hui!”
Axel melihat wanita memakai pakaian mewah berwarna ungu tiba-tiba sudah berdiri di depannya. Axel mengamati wanita di depannya yang memakai topeng warna abu, mata merah dan kuku yang hitam panjang, ia juga menyaksikan kekuatan sangat besar di arahkan padanya, Axel pun berdiri tegap dan mengeluarkan kipasnya. Ia menggunakan mantra; terlihat ada cahaya putih, api, dan pisau tajam keluar dari kipas. Axel pun bertarung dengan sengit. Bola-bola ungu besar dengan kekuatan dahsyat yang di keluarkan wanita itu berhasil membuatnya terpelanting. Darah segar menyembur membuat Axel terluka parah.
Saat darah Axel keluar, tiba-tiba kotak berwarna emas muncul di depannya. Ia pun melihat sebuah Permata Amethyst Ungu yang mengeluarkan kilatan cahaya keluar dari kotak tersebut dan mengeluarkan banyak tengkorak manusia.
Musuhnya Axel berbicara dengan nada mengejek. “Itu adalah korban manusia serakah! Mereka sangat mudah tertipu dan langsung setuju saat diberi iming-iming tentang kekuasaan dan keinginan. Benar-benar manusia tidak berguna! Sangat serakah dan bahkan ingin menguasai Ras Siluman maupun Klan Manusia! Asal kau tau, sebagian penduduk sudah kubunuh dan mayatnya disembunyikan di bawah kekuatan hitam di Desa Hua. Dan mungkin kau sudah mencium aromanya yang menyengat.”
Axel mengepalkan kedua tangannya dengan tatapan mata tajam. “Dasar Siluman Biadab! Mereka tidak mungkin tertipu jika kau tidak berbicara tentang kekuasaan dan keinginan!”
Axel melihat musuhnya itu tertawa lalu melanjutkan ucapannya, “Manusia yang sudah lebih dulu mengusik dan sering membunuh siluman yang tidak berdosa! Bahkan, tega membunuh sesamanya dan mereka juga memburu siluman agar bisa mengambil kelereng inti jiwanya untuk kepentingan pribadi dan memperkuat diri. Harta karun Amethyst Ungu adalah permata yang diberikan Dewa untuk menjaga keamanan di bumi. Namun, saat ada orang serakah yang ingin mengambilnya, mereka langsung dilahap permata hidup-hidup.”
Axel naik darah dan berteriak. “Dasar Siluman licik! Mari kita lanjutkan bertarung, aku akan membunuhmu sampai darah titik penghabisan!”
Axel mengeluarkan jurus andalannya, Kipas Kematian, untuk melawan musuh. “Rasakan ini … hiaaa!” kekuatan cahaya bercampur petir keluar dari setiap ayunan kipas yang digerakkannya.
Saat kekuatan Axel di arahkan, ia berhasil membuat musuhnya sedikit terluka dan topeng yang dikenakannya terbuka. Dalam sekejap Axel bergeming, tangannya bergetar dan matanya melotot. Ia tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Musuhnya itu ternyata adalah Kak Mingyao! Orang yang sangat ia percayai dan sangat ia banggakan.
“A–apa yang sebenarnya terjadi?” tanya Axel dalam hati. Ia merasa bingung, kecewa, sekaligus marah. “Mengapa kau tega melakukan ini, Kak? Bukankah kau yang selalu mengajariku untuk terus berbuat baik? Mengapa perbuatanmu ini berbanding terbalik dengan ucapanmu?”
Kak Mingyao memandang Axel dengan mata yang berkaca-kaca. “Ma–maafkan aku Axel,” katanya dengan ucapan lembut. “Aku tidak bermaksud mengganggu manusia. Aku melakukan ini karena terpaksa. Merekalah yang lebih dulu membunuh Ras Siluman yang tidak bersalah. Saat terjadi perang antara manusia dan siluman, aku berhasil kabur dan diselamatkan oleh orang tuamu. Karena kebaikan mereka, aku berjanji untuk melindungimu, makanya aku menyuruh kau untuk pergi berguru meningkatkan kekuatan agar bisa melawanku hari ini—jika kau mengetahui kebenaran—kalahkanlah aku agar bisa mati dengan tenang di tanganmu!”
Axel mendengarkan semua penjelasan Kak Mingyao. Namun, tiba-tiba dadanya terasa sakit. Luka yang dialami Axel cukup parah, hingga tubuh aslinya tumbang dan Axel tidak bisa kembali lagi ke tubuhnya. Jurus Kipas Kematian adalah teknik mengalahkan musuh dengan satu serangan, jika musuh tidak berhasil dikalahkan, maka jiwa Axel akan hilang seperti debu. Kini tatapan Axel nanar, sebelum jiwanya hilang, ia tersenyum miris. “Sampai detik ini aku tidak bisa membunuhmu, Kak. Saat aku mati, tolong hentikan semua perbuatan jahatmu!”
Axel melihat sang kakak menangis lalu menusuk perutnya sendiri dengan kuku panjangnya. “Axel, saya akan menemanimu di alam baka, karena saya sudah membuat jiwamu menghilang. Anggap saja ini adalah penebusan karena sudah mencelakaimu!”
Cirebon, 25 Februari 2025
Rahasia Permata Amethyst Ungu
-
Orisinalitas
-
Peran Arahan
-
Alur Cerita
-
Gaya Bahasa
-
Penulisan