Close Menu
TerasquTerasqu

    Subscribe to Updates

    Get the latest creative news from FooBar about art, design and business.

    Terbaru

    Dari Mitos Kuno hingga AI Modern: Sejarah Singkat AI

    2 Jun 2025
    7.0

    Tiada Lagi Kabut di Kampung Ndat

    25 Feb 2025
    6.1

    Rahasia Permata Amethyst Ungu

    25 Feb 2025
    Facebook X (Twitter) Instagram
    TerasquTerasqu
    Facebook Instagram WhatsApp
    • Beranda
    • Fiksi
      • Cerpen
    • Nonfiksi
      • Kebahasaan
        • Ejaan
        • Tata Bahasa
        • Kesalahan Berbahasa
      • Artikel Umum
      • Penulisan Kreatif
      • Opini
      • Reviu
      • Bulir Bernas
    • Segmen Khusus
      • Ronce
      • Proses Kreatif
      • Fakta Unik
      • Senarai Kata
    • Kamus Istilah
    • Daftar
    • Login
    TerasquTerasqu
    • Daftar
    • Login
    Home»Jenis Tulisan»Nonfiksi»Reviu»100 Triliun Puisi Karya Raymond Queneau: Sastra Kombinatronik yang Tak Akan Selesai Kamu Baca
    Reviu

    100 Triliun Puisi Karya Raymond Queneau: Sastra Kombinatronik yang Tak Akan Selesai Kamu Baca

    Matari WekaMatari Weka14 Des 20245 Menit Baca109
    100 Triliun Puisi Karya Raymond Queneau: Sastra Kombinatronik yang Tak Akan Selesai Kamu Baca
    Bagikan
    Facebook Twitter WhatsApp Telegram Email Copy Link

    Apa jadinya ketika puisi tak lagi bersifat linear?

    Cent mille milliards de poèmes (100 Triliun Puisi), karya fenomenal Raymond Queneau (baca: ʁɛmɔ̃ kəno), menawarkan cara baru menikmati puisi, seperti menjelajahi playlist yang tak pernah habis di Spotify. Dirilis pada tahun 1961, buku ini menjadi salah satu karya sastra paling eksperimental yang pernah ada—bahkan bisa dibilang jauh mendahului zamannya.

    Mengapa karya ini relevan untuk era digital? Karena Cent mille milliards de poèmes mencerminkan era kita: personalisasi, interaktivitas, dan keberagaman pilihan.

    Yuk, kita ulik lebih lanjut dan bagaimana karya ini masih relevan di era digital!

    Daftar Isi

    Toggle
    • 100 Triliun Puisi
    • Perlu 190 Juta Tahun
    • Sastra Kombinatronik: Sastra yang Bisa Diacak
    • Karya Fiksi Kombinatronik
      • 1. The Garden of Forking Paths (1941) oleh Jorge Luis Borges
      • 2. Hopscotch (1963) oleh Julio Cortázar
      • 3. House of Leaves (2000) oleh Mark Z. Danielewski
      • 4. Seri Choose Your Own Adventure (1970-an hingga 1990-an)
      • 5. Meanwhile: Pick Any Path. 3,856 Story Possibilities (2010) oleh Jason Shiga
    • Apa Hubungannya dengan Era Digital?
    • Inspirasi untuk Kreator Digital
    • Belajar dari Queneau: Eksplorasi Tanpa Batas

    100 Triliun Puisi

    Pada pandangan pertama, 100 Triliun Puisi tampak seperti kumpulan 10 soneta tradisional. Namun, karya tersebut bukan sekadar kumpulan puisi, melainkan juga eksperimen matematika yang inovatif dalam dunia sastra. Melalui pendekatan kombinatorik, Queneau berhasil menggabungkan seni dan logika menjadi sebuah karya monumental yang terus menginspirasi hingga kini.

    Dalam 100 Triliun Puisi, setiap baris dalam soneta dicetak pada potongan kertas terpisah, yang memungkinkan pembaca untuk mengganti baris tertentu dengan baris dari soneta lainnya di posisi yang sama. Jadi, dengan total 14 baris per soneta dan 10 pilihan baris untuk setiap posisi, buku ini memberikan kemungkinan kombinasi sebanyak 1014 = 100.000.000.000.000 (100 triliun) puisi.

    Perlu 190 Juta Tahun

    Jika seseorang membaca satu puisi setiap menit dan diandaikan membaca buku ini tanpa henti, dibutuhkan lebih dari 190 juta tahun untuk membaca seluruh kemungkinan kombinasi. Angka fantastis ini menjadikan buku ini sebagai salah satu bentuk awal seni generatif dan sastra modular.

    Bayangkan: dengan hanya mengganti urutan baris, kamu bisa menciptakan lebih dari seratus triliun puisi unik! Ini bukan sekadar buku, tapi lebih mirip sebuah permainan sastra yang mengajak pembacanya menjadi kreator.

    Queneau sendiri menggunakan prinsip matematika sederhana untuk menghitung kombinasi tersebut, terinspirasi dari cara berpikir kombinatorik. Kalau kamu pernah main gim RPG dengan karakter yang bisa dikustomisasi, konsep ini kurang lebih sama—tapi dalam bentuk puisi.

    Sastra Kombinatronik: Sastra yang Bisa Diacak

    Istilah sastra kombinatronik mengacu pada karya sastra yang dirancang agar pembaca bisa mengubah-ubah bagian tertentu untuk menghasilkan versi baru. Karya semacam ini tidak memiliki satu “makna” tetap, melainkan memberikan kebebasan interpretasi sesuai keinginan pembaca.

    Cent Mille Milliards de Poèmes adalah contoh awal dari konsep ini, yang kemudian menjadi inspirasi bagi berbagai eksperimen sastra digital modern. Saat ini, pendekatan kombinatronik bahkan merambah dunia coding, seperti pada karya seni generatif yang dibuat dengan algoritme.

    Karya Fiksi Kombinatronik

    Dalam bentuknya yang lebih sederhana, sastra kombinatronik sudah muncul sebelum 100 Triliun Puisi. Namun, Queneau-lah yang mendorongnya demikian jauh hingga tahap hampir digital. Berikut beberapa contoh karya kombinatronik.

    1. The Garden of Forking Paths (1941) oleh Jorge Luis Borges

    Dalam cerita pendek ini, Borges memperkenalkan konsep waktu bercabang, di mana semua kemungkinan masa depan dapat terjadi secara paralel. Struktur cerita yang bercabang mencerminkan ide kombinatorik karena pembaca dapat membayangkan berbagai jalur alternatif untuk cerita yang sama.

    2. Hopscotch (1963) oleh Julio Cortázar

    Novel ini menawarkan dua cara membaca: linear (bab 1-56) atau melompat-lompat berdasarkan panduan dari pengarang. Pembaca dapat memilih jalur narasinya sendiri, menciptakan pengalaman membaca yang berbeda setiap kali.

    3. House of Leaves (2000) oleh Mark Z. Danielewski

    Novel ini menggunakan teks yang tidak konvensional, dengan halaman yang mengandung catatan kaki panjang, teks diagonal, atau hanya beberapa kata di sudut halaman. Pembaca dapat memilih untuk membaca cerita utama, catatan kaki, atau keduanya secara bersamaan, menghasilkan pengalaman yang berbeda.

    4. Seri Choose Your Own Adventure (1970-an hingga 1990-an)

    Seri buku ini dirancang dengan narasi bercabang, di mana pembaca memilih jalur cerita dengan mengikuti opsi di akhir setiap halaman atau bab. Pilihan pembaca menentukan akhir cerita, dengan puluhan kemungkinan akhir yang berbeda.

    5. Meanwhile: Pick Any Path. 3,856 Story Possibilities (2010) oleh Jason Shiga

    Ini adalah buku bergambar interaktif untuk anak-anak yang penuh teka-teki dan petualangan. Pembaca mengikuti seorang anak bernama Jimmy yang harus memilih antara tiga jalur: memakan es krim, menemukan laboratorium ilmuwan gila, atau memulai perjalanan waktu.

    Apa Hubungannya dengan Era Digital?

    Di era digital, personalisasi adalah segalanya. Spotify membuat mixtape unik untuk kamu, Instagram tahu preferensimu, dan AI seperti ChatGPT bisa menulis sesuai dengan gaya yang kamu inginkan.

    Karya Queneau mengantisipasi tren ini dengan memberikan pengalaman membaca yang customizable. Dia seolah berkata, “Hei, pembaca, kamu bukan cuma konsumen, kamu juga pencipta!”

    Milenial dan Gen Z, yang tumbuh bersama platform interaktif, pasti bisa relate dengan konsep ini. Kamu tidak lagi sekadar menyerap konten, tapi sekaligus ikut membentuknya.

    Inspirasi untuk Kreator Digital

    Bayangkan konsep Cent Mille Milliards de Poèmes diterapkan pada media digital. Misalnya:

    • Aplikasi pembuatan puisi otomatis berbasis AI, di mana pengguna bisa memilih baris atau tema tertentu.
    • Karya seni generatif yang menggabungkan teks dan visual, seperti NFT interaktif.
    • Cerita interaktif berbasis pilihan (ingat Bandersnatch di Netflix?).

    Dengan pendekatan kombinatronik, kreativitas tidak hanya terletak pada pencipta awal, tetapi juga pada setiap individu yang menikmatinya.

    Belajar dari Queneau: Eksplorasi Tanpa Batas

    Queneau adalah anggota kelompok Oulipo (Ouvroir de Littérature Potentielle atau Bengkel Sastra Potensial), sebuah kelompok sastra eksperimental yang didirikan di Prancis pada 1960 oleh matematikawan François Le Lionnais dan Raymond Queneau sendiri. Kelompok ini terkenal karena menggabungkan elemen sastra dengan prinsip matematis untuk menciptakan metode baru dalam menulis.

    Oulipo berfokus pada eksplorasi potensi bahasa melalui penerapan aturan dan batasan (constraints). Mereka percaya bahwa pembatasan formal justru dapat memicu kreativitas dan menghasilkan karya-karya yang unik serta tak terduga. Jadi, bagi Oulipo, sastra bukan hanya soal kata-kata yang tertulis, melainkan juga soal struktur dan kemungkinan. Hal ini selaras dengan dunia digital, di mana kita terus-menerus mencari cara baru untuk menyampaikan cerita.

    Nah, jika kamu seorang kreator (dalam bidang apa pun), jangan takut bereksperimen! Dunia digital memberikan alat dan ruang untuk menghidupkan ide-ide seperti yang Queneau lakukan dengan Cent mille milliards de poèmes.

    100 triliun puisi Cent Mille Milliards de Poèmes kreasi interaktif literatur digital puisi kombinatronik Raymond Queneau sastra eksperimental sastra kombinatronik
    Bagikan Facebook Twitter WhatsApp Telegram Email Copy Link
    Tulisan Sebelumnya#3: Octopus Writing
    Tulisan Berikutnya Cara Menulis Flashback: 8 Tip Jitu Agar Ceritamu Lebih Seru

    Artikel Terkait

    Reviu

    Dari Mitos Kuno hingga AI Modern: Sejarah Singkat AI

    2 Jun 2025
    Reviu

    Mirrors: Sejarah Dunia dalam 600 Fragmen Magis

    30 Jan 2025

    Kuot Hari Ini

    Enam Aturan Emas dalam Menulis: baca, baca, baca, dan tulis, tulis, tulis.Ernest Gaines
    » kuot lainnya (random)
    Terpopuler
    Senarai Kata

    2.000+ Kata Serapan dari Bahasa Arab: Daftar Lengkap

    TerasquTerasqu27 Sep 2024
    #MdAFeb2025

    Gelang perak hipnotis.

    Fubao 24Fubao 2419 Feb 2025
    Kesalahan Berbahasa

    10 Kesalahan Berbahasa yang Tidak Disadari Tetapi Perlu Dihindari

    TerasquTerasqu28 Sep 2024
    Penulisan Kreatif

    Cara Menggambarkan Orang Bernapas: 7 Teknik Efektif untuk Deskripsi yang Realistis

    TerasquTerasqu18 Okt 2024
    Senarai Kata

    30 Kata Serapan dari Bahasa Belanda yang Masih Kita Gunakan Sehari-hari

    TerasquTerasqu1 Okt 2024
    Terbaru
    Reviu

    Dari Mitos Kuno hingga AI Modern: Sejarah Singkat AI

    Matari WekaMatari Weka2 Jun 2025

    Beberapa waktu belakangan ini, di linimasa Facebook saya sering lewat pembahasan atau tanggapan para penulis…

    7.0

    Tiada Lagi Kabut di Kampung Ndat

    25 Feb 2025
    6.1

    Rahasia Permata Amethyst Ungu

    25 Feb 2025
    7.0

    Kisah Iblis yang Patah Hati

    24 Feb 2025
    6.8

    Harta Karun di Pemukiman Lebak Jero

    24 Feb 2025
    Terasqu
    Facebook Instagram WhatsApp
    • Tentang Kami
    • Kontak Kami
    • Syarat & Ketentuan
    • Kebijakan Privasi
    • Penyangkalan
    © 2025 Terasqu.com

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.